
Dilansir dari indigenusukmi.blogspot.com, ajang bertaraf nasional ini bertujuan mengembangkan kreatifitas dan menggali potensi generasi muslim khususnya pemuda dan pemudi muslim untuk menciptakan sebuah inovasi baru yang dapat mengubah masa depan bangsa dan negara melalui sebuah tulisan. Sebagai ajang lomba nasional tentang keislaman, Indigenus UKMI hadir untuk menggerakkan partisipasi generasi pemuda muslim untuk menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif guna menunjukkan eksistensi pemuda muslim di tengah era globalisasi ini.
Pada tahun ini, Indigenus UKMI mengangkat tema “Mimpiku untuk Indonesiaku” dengan beberapa pilihan subtema, yaitu bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kesehatan. Mengambil subtema bidang teknologi dengan judul “Modernisasi Pertanian Indonesia Guna Menciptakan Negara yang Mandiri Pangan”, berhasil menghantarkan kader Gamais, Heri Nurdiansyah, raih juara tiga di ajang ini. Kepala Departemen Khusus Teknologi Pertanian Gamais 2013 yang akrab dipanggil Heri ini merupakan salah satu dari 26 peserta –mahasiswa dan siswa SMA/sederajat se-Indonesia— yang ikut berpartisipasi dalam ajang ini.
Berawal dari Iseng
Iseng
yang tak asal iseng, mungkin tepat untuk menggambarkan prestasi yang diraih Heri. Sebagaimana pernyataannya ketika diwawancarai
penulis bahwa mulanya penulisan essay itu hanya sekedar iseng, hanya perlu waktu
2 jam. Dalam waktu 2 jam itulah ia berhasil menulis gambaran
kasar isi essay. Merasa kurang puas dengan hasil essay yang ditulis dalam waktu
2 jam itu, kemudian ia melakukan revisi hingga diperoleh essay yang
menghantarkannya meraih juara tiga ini.
Pernyataan, “Itu berarti ada yang
salah,” jadikan jalan peroleh inspirasi
“Kita tahu Indonesia banyak potensi,
baik dari segi lahannya yang luas maupun tingkat kesuburan lahannya. Namun, berdasarkan
data BPS sebagian besar kebutuhan Indonesia masih impor, baik itu
kebutuhan tanaman pangan maupun
nonpangan. Itu berarti ada yang salah.
Salah satu cara memecahkan masalah itu dengan cara modernisasi pertanian,
dengan menggunakan alat, pencarian bibit unggul. Titik temu (yang saya
tonjolkan dalam essay ini adalah) di penyuluhanya ataupun pembuatan sekolah
pertanian. Beberapa modernisasi pertanian yang sudah ada, bagusnya disekolahkan
dalam artian ada semacam sekolah lah
untuk petani. Dalam essay yang saya tulis itu, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, yaitu penggunaan alat, pemanfaatan lahan marginal dan pembuatan bibit
unggul,” ungkapnya.
Sukses PKM-K, jadi titik awal suka
menulis karya ilmiah
Berawal dari kesuksesannya pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), menjadikan Heri mulai tertarik dengan
dunia tulis-menulis karya-karya ilmiah. Ini adalah kali ke tiga ia mendapatkan
juara dalam ajang lomba karya tulis setelah sebelumnya ia juga berhasil
memperoleh juara dua dalam pemilihan mahasiswa berprestasi Fakultas Pertanian
2012 dimana di dalam proses seleksinya juga mensyaratkan para finalis mahasiswa berprestasi untuk
mempresentasikan karya tulisnya.
Meski kalah dengan anak SMA,”Gak papa.”
Raihan juara yang diperoleh Heri
dalam ajang ini, jika dilihat dari tingkat pendidikannya, dapat dikatakan ia belum berhasil
mengalahkan siswa SMA yang dalam ajang ini dapat meraih juara satu dan dua. Namun demikian, itu
tidak lantas membuatnya mempersoalkan hal tersebut.
Justru ia belajar satu hal darinya. Sebagaimana pernyatannya,“Jangan
malu kalah sama orang yang lebih rendah menurut pandangan kita.”
Lanjutnya,”Essay itu kan pendapat ilmiah kita. Kalau toh pendapat yang anak SMA
lebih baik dari pendapat kita, ya gak papa.” (Subhanallah....yang ini patut dicontoh ). (RDL)
Posting Komentar