Dua Cara dalam Memandang Bukti Kekuasaan Allah
Bila Anda perhatikan bagaimana
bumi diciptakan, Anda melihatnya sebagai ayat Tuhan yang luar biasa. Allah SWT
menciptakannya dengan terhampar. Menundukkkan ciptaan-Nya itu untuk
hamba-hamba-Nya, meletakkan rezeki, makanan, dan kehidupan mereka di sana. Dia
membuat jalan-jalan di sana agar manusia dapat berpindah-pindah untuk maslahat
mereka. Bumi itu dikokohkan dengan gunung-gunung dan menjadikannya sebagai
pasak yang menjaga agar bumi tidak mengguncangkan makhluk di atasnya. Dia
meluaskan sisi-sisinya, dan menjadikannya sebagai tempat berkumpul untuk
menampung mereka yang masih hidup di atas punggungnya, dan menampung mereka
yang telah mati di perutnya. Jadi, punggungnya adalah tempat tinggal bagi yang
hidup dan perutnya adalah tempat tinggal bagi yang telah mati. Sering sekali
Allah SWT menyebutkan bumi di dalam kitab-Nya dan menyeru para hamba agar
merenungkan penciptaannya. Allah SWT berfirman,
"Dan bumi itu Kami
hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)." (adz-Dzaariyaat: 48)
"Allahlah yang menjadikan
bumi tempat menetap bagi kamu." (Ghaafir: 64)
"Dialah Yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu." (al-Baqarah:
22)
"Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan." (al-Ghaasyiyah:
17-20)
"Sesungguhnya
pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
orang-orang yang beriman." (al-Jaatsiyah:
3)
Dan, masih banyak lagi ayat-ayat
lain. Lihatlah bumi yang mati, kaku, dan
tenang itu. Apabila Kami telah menurunkan air, maka ia tergerak, tergetar dan
tumbuh, meninggi, dan menghijau. Juga menumbuhkan tanaman yang
berpasang-pasangan dengan berbagai ragam, ukuran, bentuk, warna, dan manfaatnya.
Juga buah-buahan, obat-obatan, dan padang rumput bagi hewan juga burung.
Kemudian perhatikanlah bagaimana
bagian-bagian bumi yang berdampingan itu disirami air yang sama lalu tumbuhlah
pasangan tanaman yang berbeda-beda dengan bermacam-macam warna, bentuk, bau,
rasa, dan manfaat. Allah SWT berfirman,
"Dan di bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan
pohon korma yang bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan
sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir." (ar-Ra'd:
4)
Tidak
lain itu adalah cipta Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, tiada
Tuhan selain Dia. Kalaulah ini bukan salah satu ayat-Nya yang besar, tentu Dia
tidak menyitirnya kepada hamba-hamba-Nya dan mengajak mereka untuk
merenungkannya. Allah SWT berfirman,
"Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang Haq dan
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang,
tak ada keraguan padanya; dan bahwa Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur." (al-Hajj:
5-7)
Dalam ayat ini,
Anda melihat bahwa Tuhan menjadikan perenungan tentang ayat (bumi) ini dan
ayat-ayat sebelumnya (penciptaan janin) sebagai dalil yang mengantarkan kepada
pengetahuan tentang kelima natijah (hasil/kesimpulan) ini91.
Kemudian
perhatikanlah! Bagaimana Dia mengendalikan posisi bumi dengan gunung-gunung
yang kokoh menjulang, menancapkannya dengan kokoh, meninggikan dan
menjadikannya bagian bumi yang paling kuat/keras sehingga tidak lenyap oleh
pergantian waktu dan terpaan hujan atau angin silih berganti. Dia
menciptakannya secara luar biasa, memberikan manfaat, barang-barang tambang,
dan mata-mata air yang tidak terhitung. Kemudian memberi petunjuk manusia untuk
mengeluarkan barang-barang tambang itu dari dalamnya, dan memberi mereka ilham
bagaimana membuat uang logam darinya, perhiasan, pakaian, senjata, dan alat-alat
kehidupan yang beraneka macam. Kalau Dia tidak memberi petunjuk, tentu mereka
tidak mempunyai ilmu sedikit pun dan juga tidak ada kuasa bagi mereka.
Di antara
ayat-ayat-Nya yang menakjubkan adalah udara lembut yang terasa oleh indera
perasa saat bertiup, tapi tak terlihat wujudnya. la bergerak di antara langit
dan bumi, burung-burung terbang dan berenang di gelombang-gelombangnya
sebagaimana hewan-hewan laut berenang di air. Udara bergejolak saat bertiup
kencang seperti gelombang laut.
Apabila
menghendaki, Dia menggerakkannya dengan 'gerakan rahmat'; menjadikannya rahmat,
lembut, dan mendatangkan kegembiraan karena jadi tanda turunnya rahmat-Nya
(hujan). Angin menjadi pejantan yang membuahi awan sehingga mengandung air
seperti jantan yang membuahi betina sehingga hamil. Angin rahmat dinamakan denganmubassyirat,
nasyr, dzaariyat, mursalat, rukha *, lawaqih; sedang angin azab
dinamakan 'ashif, qashif(di laut), dan 'aqim, sharshar (di
darat).
Tapi
kalau mau, Dia menggerakkannya dengan 'gerakan azab'. Sehingga menghancurkan
siapa yang dikehendaki dengan angin itu dan mengirimkannya sebagai azab yang
pedih serta merusak segala apa yang dilaluinya.
Angin berbeda-beda
arah bertiupnya. Ada yang bertiup ke arah timur, barat, utara, dan selatan.
Angin-angin itu juga tidak sama manfaat dan pengaruhnya. Angin semilir dan
lembab/basah menyehatkan badan, hewan, dan tanaman. Ada pula angin yang
mengeringkan. Ada angin yang membuat mati atau sakit. Ada juga yang membuat
kuat, dan juga ada yang melemahkan. Oleh karena itu, Allah SWT mengabarkan
tentang angin rahmat dengan shighah jamak karena manfaatnya
bermacam-macam. Ada angin yang menggelorakan awan, membuahinya, membawanya, dan
angin yang membawa makanan bagi tetumbuhan. Karena arah bertiup dan tabiat
angin itu bermacam-macam, Dia menciptakan untuk setiap angin lawan
(penyeimbang) yang mengurangi kencang dan amukannya, dan mempertahankan
kelembutan dan rahmatnya. Jadi, angin rahmat itu banyak macamnya.
Adapun angin azab
hanya satu; diembuskan dengan satu cara untuk meng-hancurkan objek yang hendak
dimusnahkan. Karenanya, tidak ada angin lain menjadi penyeimbangnya. Angin ini
seperti serdadu yang besar, tak ada sesuatu pun yang melawannya. Dia
menghancurleburkan apa yang ditimpanya.
Perhatikanlah
hikmah Al-Qur'an ketika menyebut keterangan ini di darat. Adapun di laut, angin
rahmat disebutkan dengan kata tunggal seperti firman-Nya,
"Dialah yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,
(berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncudah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan
angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai. Dan
(apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa
mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatannya kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata),
'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami
akan termasuk orang-orang yang bersyukur.'" (Yunus:
22)
Hikmahnya di sini
karena kapal hanya berjalan dengan satu angin yang datang dari satu arah.
Apabila banyak angin yang berlawanan datang menerpa perahu, tentu jalannya
tidak karuan arah.
Jadi, fungsi angin di laut berbeda
dengan fungsinya di darat. Karena yang diinginkan di laut, angin bertiup satu
arah saja, tidak dihalangi oleh sesuatu pun. Karena itulah, disebutkan dengan
kata tunggal, sedang di darat dipakai kata jamak.
Makhluk Tuhan ini memang lemah lembut. Sehingga, dapat digerakkan
dan dibobol oleh makhluk yang paling lemah sekalipun. Tapi, Allah SWT
memberikan makhluk lembut ini kekuatan dan kekerasan yang dapat menggoncangkan/
menggetarkan benda-benda cadas yang kuat, menggesernya dari tempatnya,
menghancurleburkan dan menerbangkannya. Lihat saja bila udara yang lembut itu
masuk dan memenuhi geriba (kantong air dari kulit) misalnya, lalu di
atasnya diletakkan benda yang berat, tentu kantong air yang sudah berisi kulit
itu tak bisa masuk ke dalam air. Padahal besi yang padat dan berat, jika diletakkan
di permukaan air akan tenggelam. Jadi, udara yang lembut ini tidak mau
ditundukkan (ditenggelamkan) oleh air, sedang benda yang kuat dan keras (besi)
dapat ditundukkan.
Dengan hikmah ini,
Allah SWT menahan kapal-kapal di atas permukaan air betapapun beratnya kapal
itu beserta muatannya. Demikian pula semua benda berlobang yang berisi udara
tidak akan tenggelam di air karena udara tidak mau menyelam ke dalam air. Jadi
kapal yang bermuatan penuh bergantung kepada udara itu. Perhatikan, bagaimana
perahu yang berat dan amat besar itu meminta perlindungan dan bergantung kepada
zat yang lembut dan ringan itu sehingga tidak tenggelam. Ini seperti orang yang
jatuh ke dalam sebuah jurang lalu bergelantungan kepada seorang yang kuat yang
tidak dapat terjatuh ke dalam jurang sehingga dengan bergelantungan itu dia
selamat. Subhanallah! Maha Agung Allah yang menggantungkan perahu yang
besar dan berat tersebut dengan udara yang lembut ini tanpa gantungan atau
ikatan yang terlihat.
Dan di antara
ayat-ayat-Nya adalah,
"Awan yang dikendalikan antara langit dan bumi." (al-Baqarah:
164)
Bagaimana Tuhan mampu mencipta awan dari dalam angin? Angin itu
membuat awan bergolak dalam keadaan berkeping-keping lalu menyusun dan
meng-gabungkannya satu sama lain. Angin pun kemudian membuahinya. Hasilnya oleh
Allah SWT dinamakan dengan lawaqih. Kemudian Dia mengirimkan awan di
atas angin itu ke bumi yang membutuhkannya. Apabila telah berada di atasnya,
awan itu menumpahkan airnya. Pada saat air itu masih di angkasa, Allah SWT
mengirimkan angin yang menceraiberaikan air itu agar tidak membahayakan dan
menghancurkan apa yang ditimpanya. Apabila bumi telah basah dan memenuhi
hajatnya terhadap air, hujan berhenti- dan awan pergi. Dengan demikian, awan itu
adalah penyiram bumi, dibawa oleh angin. Dalam Sunan Tirmizi dan lainnya
disebutkan, ketika melihat awan, Nabi saw. bersabda,
"Ini adalah penyiram bumi yang diarahkan oleh Allah SWT
kepada suatu kaum yang tidak mensyukuri-Nya dan tak mengingat-Nya."
Awan
adalah pembawa rezeki manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Di sana tersimpan
persediaan makanan mereka. Apabila melihat awan, al-Hasan berkata, "Demi
Allah, di dalam awan ini tersedia rezeki kalian. Tetapi, kalian menghalanginya
dengan dosa dan kesalahan."
Dalam hadits shahih,
Nabi saw.bersabda,
"Ketika
seorang lelaki berada di tanah kosong sendirian, ia mendengar suara dari arah
awan, 'Siramlah kebun si Fulan!' Lelaki itu berjalan mengikuti awan tersebut
sampai tiba di sebuah kebun. Ketika awan itu berada di tengahnya, awan itu
menumpahkan airnya di sana. Tiba-tiba orang tersebut melihat ada seseorang yang
memegang sekop sedang mengatur aliran air. la bertanya, 'Siapa namamu?'
Jawabnya, 'Fulan.' Benar-benar nama yang didengarnya dari awan itu."(HR
Muslim)
Secara global, Anda
bisa merenungkan bagaimana awan yang tebal dan pekat itu berkumpul di cuaca
yang cerah tidak bermendung. Bagaimana Allah SWT mampu menciptakannya kapan pun
Dia mau. Renungkan pula, betapa awan yang lembut dan lunak itu membawa air yang
berat, memikulnya antara langit dan bumi sampai Allah SWT mengizinkan untuk
menurunkan air yang dibawanya, kemudian menumpahkannya dengan tetesan-tetesan.
Setiap tetesan
mempunyai takaran khusus yang sudah diatur dengan hikmah-Nya. Awan itu menyiramkan
airnya ke bumi, menumpahkannya dengan tetesan-tetesan yang terpisah-pisah,
tidak ada setetes pun yang bercampur dengan tetes yang lain, yang belakang
tidak mendahului turun dan yang depan tidak terlambat turunnya. Tak setetes air
pun dapat menyusul temannya sehingga bercampur jadi satu.
Setiap tetes itu turun di jalan yang telah
ditetapkan untuknya, tidak menyimpang; sampai menimpa bumi setetes demi
setetes. Setiap tetes telah ditentukan untuk bagian bumi tertentu, tidak akan
jatuh ke bagian bumi lainnya. Kalau seluruh makhluk bersatu untuk menciptakan
setetes saja dari sekian tetes itu, atau menghitung jumlah tetesan yang turun
dalam sesaat, tentu mereka tidak sanggup.
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT
mengirimkannya sebagai rezeki bagi manusia, hewan, burung, dan semut. Jika
Allah SWT berkenan mengirim angin itu sebagai rezeki hewan X di daerah X di
kaki gunung X, air itu sampai kepadanya pada saat ia amat haus dan butuh.
Kemudian, bagaimana Allah SWT menyimpannya di tanah, lalu mengeluarkan dengannya
berbagai macam makanan dan obat. Ada tanaman yang berfungsi untuk bahan
makanan, ada yang berfungsi sebagai bumbu, ada yang beracun dan mematikan, ada
yang menjadi penawarnya, ada yang menyebabkan sakit, ada yang menjadi
penyembuhnya, ada yang mendinginkan, dan ada yang memanaskan. Ada pula tanaman
yang apabila masuk ke dalam lambung mengekang empedu kuning di dasar urat,
sementara tanaman yang lain bila masuk ke sana justeru berubah jadi empedu
kuning. Ada tanaman yang membersihkan dahak dan empedu hitam, sedang yang lain
berubah menjadi kedua cairan itu; yang ini membuat darah bergolak dan yang itu
menenangkannya; yang ini menidurkan dan yang itu menghalangi tidur; yang ini
membuat gembira dan yang ini membuat pikiran kalut; dan keajaiban-keajaiban tetumbuhan
lainnya. Hampir tak ada sehelai daun atau sebuah ranting dan buah yang tak
punya faedah. Cuma akal manusia tak sanggup mengetahui dan memerincinya.
Lihatlah pipa saluran air di dalam serat-serat yang lembut dan
lemah itu hampir tak terlihat oleh mata manusia kecuali bila dipincingkan.
Bagaimana serat-serat lembut seperti ini sanggup menyedot air dari tempatnya ke
atas, kemudian air itu berpencar di saluran-saluran itu sesuai dengan
penerimaan, luas, dan sempitnya. Saluran-saluran itu berpencar,
bercabang-cabang, dan mengecil sampai ukurannya tidak terlihat oleh mata.
Kemudian
perhatikan proses kehamilan pohon dan perubahannya seperti proses perubahan
janin yang tidak terlihat oleh mata! Anda menemukan hal yang amat ajaib. Maha
Besar Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam dan Pencipta Yang Terbaik. Kalau
sebelumnya Anda melihat pohon itu hanya sebatang kayu yang berdiri telanjang
tidak berpakaian, kini Allah SWT menutupinya dengan bunga-bunga, pakaian yang
paling indah. Kemudian pakaian itu ditanggalkan-Nya kembali, lalu Dia
membungkusnya dengan daun sebagai pakaian yang lebih kuat menempel daripada
yang pertama. Lalu memunculkan kandungannya dalam keadaan lemah setelah
mengeluarkan daunnya sebagai penutup dan baju untuk buah yang lemah itu agar
terlindung dari panas, dingin, dan hama. Kemudian mengirimkan makanan ke
buah-buah itu melalui serat dan saluran tersebut. Buah-buah itu menyerapnya
seperti bayi meminum air susu ibunya. Dia merawat dan menumbuhkannya sedikit
demi sedikit sampai dewasa dan sempurna. Sehingga, keluarlah buah yang lezat
dan empuk dari sebatang kayu yang kering itu.
Alangkah banyak tanda kekuasaan
Allah SWT dalam segala hal, baik yang terjangkau oleh indera manusia dan
terlihat oleh matanya maupun yang tidak terlihat. Umur tidak cukup untuk
mengetahui itu semua.
Sumber
: al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2004. Kunci
Kebahagiaan, diterjemahkan Abdul Hayyie al-Katami dkk. Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana.
Posting Komentar