Kata galau jelas sudah menjadi kata yang sudah menjalar bebas di setiap
lidah para makhluk-makhluk hidup (iya lah) . lalu apa yang harusnya
dilakukan jika galau sudah menjadi-jadi dan virus-virusnya sudah semerbak?, dan
apa penyebab galau? Serta apa dong obatnya?
Kawan, dalam
Al-Quran pada pertengahan surah al-Ma’arij ayat 19 sampai 35 ditegaskan, bahwa “sesungguhnya manusia
itu diciptakan bersifat galau lagi keluh kesah, kecuali sembilan golongan,
yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat, orang-orang yang terhadap hartanya
telah disediakan bagian tertentu (zakat) atau hak yang telah ditetapkan untuk
orang-orang miskin, baik yang meminta atau pun yang tidak meminta, orang-orang
yang meyakini hari kiamat, orang-orang yang takut terhadap azab Allah,
orang-orang yang memelihara kemaluannya dari perbuatan keji, orang-orang yang
mampu menjaga dan menunaikan amanat dan janji-janjinya, orang-orang yang
memberikan kesaksiaannya dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itulah golongan penghuni surga lagi di muliakan”.
(QS. Al-Ma’arij).
Galau ataupun
gelisah bisa dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Biasanya nih penyebab kondisi mentalitas ini yakni oleh
faktor-faktor tertentu, di antaranya yakni ketidakberdayaan
menanggung beban hidup, kegagalan, tekanan eksternal dan permasalahan berat
lain yang menerpanya (serem bangett dah ). Dengan sangat jelas ada efek dari kondisi ini biasanya ialah
timbulnya gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan, terutama kesehatan
jiwa (ihhhhh..).
Sebuah kajian
tentang kesehatan jiwa pernah menyebutkan, dari populasi orang dewasa di
Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa
mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. (Republika.co.id)
Dalam kajian ilmiah pula, para pakar kedokteran pun mempunyai kesimpulan tersendiri yakni bahwa obat
mujarab untuk mengobati penyakit gelisah ini yakni
bermuara kepada keimanan (emang iman nomor one)
Coba kita artikan kata GALAU eaahh.. galau adalah
kata yang sangat popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi
bangsa INDONESIA (hee). Semua telah
terjangkit syndrom, sebuah kata yang menandakan seseorang
tengah dilanda sebuah rasa kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran,
gandah gulana serta kesedihan pada jiwanya lalu pemikirannya. Herannya nihh bro and
sist
banyak orang yang bangga (pake banget) mengatakan
dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya,
miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’
di negeri kita ini bisa terlihat dalam dunia sosial media.
Keraguan
akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan tergonjang-ganjing oleh keberadaan permasalahan
hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai
penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala
menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita
dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak
mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian
problema hidup.
Pada dasarnya,
manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar ajah jika disebut sebagai makhluk yang paling sering
dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah
fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan
karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang
artinya :
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
Orang yang
senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang
dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya.
Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala
persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti
ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan
janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka
didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa
didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
Orang yang galau
itu orang yang tak mampu memahami bahwa
masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi
Allah. Bagai seseorang yang akan meraih gelar sarjana maka pasti akan diuji
terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut,
maka ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan.
Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan
dengan kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya,
maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin
besar angin yang menerpanya (asiiikkk).
Tau gak Orang
yang sedang galau itu orang yang tak mampu bersabar atas
ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita,
mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan
masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan
dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah
dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar.
Oleh karena itu
kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan
keluar bagi hati yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi
dengan Al Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena
itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya terserang
‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau mendengarkan dan membaca Al
Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung mengobati kegalauan lewat status curhat
di Facebook dan Twitter atau bahkan friendster (aha jadul banget) mendengarkan
musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan sumber kegalauan yang
cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau, yang tidak galau menjadi galau juga (haha).
Dengan demikian,
kita tak perlu lagi resah dan gelisah akan perasaan galau
yang merajut kehidupan
kita, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena
galau itu tak sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni
kehidupan jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita
mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap kegalauan
kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah sebutkan dalam
firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28).
Terkhusus umat
Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah
dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali
mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada
istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala
ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam
adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil
‘alamin.
Nih kawan gue kasih
tau bahwa ada Ayat-ayat penawar galau yakni :
Ayat
pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun
hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana
telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).
Dengan berserah kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin
karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara
ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:
“Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan
ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).
Ayat
kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala.
Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam
artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan
senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah
Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 200 yang artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”
Ayat
ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back
terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat
Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala
telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa
dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat
dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya :
“Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)
Ayat
keempat, sedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagai umat
Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam
telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya
seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya.
Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)
Ayat
kelima, menghadap Allah Subhanahu Wata’ala. Adukanlah
semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu
Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah
dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada
permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam
ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya
kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5).
Jadi, umat islam harus
senantiasa menkolerasikan antara kehidupan dengan berlandaskan pada al-qur’an
agar selalu mendayuh melodi kehidupan dengan alunan syair ayat-ayat al-qur’an
tersebut. Gak usah lagi deh ngomong ‘galau’ jika
itu berimbas pada perilaku kalian yang kemudian akan menduakan Allah. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam
merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika
kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam
berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya
ini.
#Sonari Pauziah
Agribisnis 2011
Departemen Syiar 2014
Posting Komentar