Home » » Habis Galau Terbitlah Tenang

Habis Galau Terbitlah Tenang

Written By Unknown on Rabu, 04 Maret 2015 | 16.12

Kata galau jelas sudah menjadi kata yang sudah menjalar bebas di setiap lidah para makhluk-makhluk hidup (iya lah) . lalu apa yang harusnya dilakukan jika galau sudah menjadi-jadi dan virus-virusnya sudah semerbak?, dan apa penyebab galau? Serta apa dong obatnya?

Kawan, dalam Al-Quran pada pertengahan surah al-Ma’arij ayat 19 sampai 35 ditegaskan, bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat galau lagi keluh kesah, kecuali sembilan golongan, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat, orang-orang yang terhadap hartanya telah disediakan bagian tertentu (zakat) atau hak yang telah ditetapkan untuk orang-orang miskin, baik yang meminta atau pun yang tidak meminta, orang-orang yang meyakini hari kiamat, orang-orang yang takut terhadap azab Allah, orang-orang yang memelihara kemaluannya dari perbuatan keji, orang-orang yang mampu menjaga dan menunaikan amanat dan janji-janjinya, orang-orang yang memberikan kesaksiaannya dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah golongan penghuni surga lagi di muliakan. (QS. Al-Ma’arij).

Galau ataupun gelisah bisa dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Biasanya nih penyebab kondisi mentalitas ini yakni oleh faktor-faktor tertentu, di antaranya yakni ketidakberdayaan menanggung beban hidup, kegagalan, tekanan eksternal dan permasalahan berat lain yang  menerpanya (serem bangett dah ). Dengan sangat jelas ada efek dari kondisi ini biasanya ialah timbulnya gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan, terutama kesehatan jiwa (ihhhhh..)

Sebuah kajian tentang kesehatan jiwa pernah menyebutkan, dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. (Republika.co.id)

Dalam kajian ilmiah pula, para pakar kedokteran pun mempunyai kesimpulan tersendiri yakni bahwa obat mujarab untuk mengobati penyakit gelisah ini yakni bermuara kepada keimanan (emang iman nomor one)

Coba kita artikan kata GALAU eaahh.. galau adalah kata yang sangat popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi bangsa INDONESIA (hee). Semua telah terjangkit syndrom, sebuah kata yang menandakan seseorang tengah dilanda sebuah rasa kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, gandah gulana serta kesedihan pada jiwanya lalu pemikirannya. Herannya nihh bro and sist banyak orang yang bangga (pake banget) mengatakan dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya, miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’ di negeri kita ini bisa terlihat dalam dunia sosial media.

Keraguan akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan tergonjang-ganjing oleh keberadaan permasalahan hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian problema hidup.

Pada dasarnya, manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar ajah jika disebut sebagai makhluk yang paling sering dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang artinya :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”

Orang yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya. Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

Orang yang galau itu orang yang tak mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan meraih gelar sarjana maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut, maka ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan. Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya (asiiikkk).

Tau gak Orang yang sedang galau itu orang yang tak mampu bersabar atas ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar.

Oleh karena itu kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan keluar bagi hati yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi dengan Al Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya terserang ‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau mendengarkan dan membaca Al Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung mengobati kegalauan lewat status curhat di Facebook dan Twitter atau bahkan friendster (aha jadul banget) mendengarkan musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau, yang tidak galau menjadi galau juga (haha).

Dengan demikian, kita tak perlu lagi resah dan gelisah akan perasaan galau yang merajut kehidupan kita, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena galau itu tak sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni kehidupan jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap kegalauan kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah sebutkan dalam firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28).

Terkhusus umat Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Nih kawan gue kasih tau bahwa ada Ayat-ayat penawar galau yakni :
Ayat pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).

Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).

Ayat kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala. Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat  200 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”

Ayat ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya :

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Ayat keempat, sedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagai umat Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya. Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya yang artinya:

 “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)

Ayat kelima, menghadap Allah Subhanahu Wata’ala. Adukanlah semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5).

Jadi, umat islam harus senantiasa menkolerasikan antara kehidupan dengan berlandaskan pada al-qur’an agar selalu mendayuh melodi kehidupan dengan alunan syair ayat-ayat al-qur’an tersebut. Gak usah lagi deh ngomong ‘galau’ jika itu berimbas pada perilaku kalian yang kemudian akan menduakan Allah. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya ini.

#Sonari Pauziah
  Agribisnis 2011
  Departemen Syiar 2014
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Gamais Faperta UNSOED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger